Tasawuf dalam Pandangan Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim

Tasawuf dalam Pandangan Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim

Syeikh al-Islam Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim al-Jawziyah adalah sepasang guru-murid yang mendukung dan mengakui kebenaran Tasawuf sebagai ilmu yang dapat membersihkan jiwa.
Ibn Taimiyah, misalnya, menyebut para sufi dengan sebutan ahl ‘ulum al-qulub/pakar-pakar ilmu hati’ yang perkataanya paling tepat dan paling baik realisasinya (asaddu wa ajwadu tahqiqan) serta paling jauh dari bid’ah (ab’adu minal bid’ah). Dalam kitabnya yang sangat terkenal Majmu’ al-Fatawa (Beirut: Dar al-Kitab al Arabi, 1973).
Dalam kitabnya Amradh al-Qulub wa Syifauha (Kairo: al-Mathba’ah al-Salafiyyah, 1399), hal. 62, ketika berbicara surah al-Kafirun), Ibn Taimiyah berkata: “Adapun qul ya ayyuhal kafiruun mengundang tauhid amali iradi, tauhid praktis yang didasarkan pada kehendak, yaitu keikhlasan beragama semata-mata untuk Allah dengan sengaja dan dikehendaki; dan itulah yang dibicarakan oleh syeikh-syeikh Tasawuf pada umumnya.

“Imam-imam Tasawuf menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang dicintai dengan cinta yang hakiki, bahkan dengan cinta yang paling sempurna.” [Amradh al-Qulub, hal. 68]

Adapun Ibn al-Qayyim, dalam kitabnya Madarij al-Salikhln, I:464 (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1973), memperkatakan mengenai Abu Yazid al-Busthami dengan redaksi:

“Ini (memelihara dan menjauhkan keinginan dari selain Allah yang Maha Suci) seperti kondisi Abu Yazid al-Busthami – semoga Allah merahmatinya – menganai berita tentang dirinya ketika ia ditanya, ‘Apa yang engkau inginkan (kehendak)?’; ia menjawab, ‘Aku ingin agar aku tidak ingin yang kedua (setelah Allah),’ inilah hakikat Tasawuf.”

Dalam kitabnya yang lain Badai al-Fawaid, III:756 (Makkah al-Mukarramah: Maktabah Nizar Mushthafa al-Baz, 1996), Ibn al-Qayyim berkata:

“Tasawuf dan kefakiran (baca: hanya butuh kepada Allah) berada pada wilayah hati”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar